Hari-hari
yang kulalui kini menjadi lebih berwarna, manusia itu mengoreskan pena
warnanya di dalam hati ini. Entah kenapa ia melakukannya, padahal aku orang
baru dalam kehidupannya. Tutur katanya yang lembut membuat hati ini sejuk, tak ada
lagi alasan ku untuk menjadi sedih. Senyumnya menggetarkan sekujur jiwaku. Tapi
sayang ini hanya lah dunia maya.
Waktu itu ku tak sengaja berkenalan dengannya, sesosok wanita yang cantik penuh cahaya di
sekeliling wajahnya yang merona, membuat mata ini tercengang menahan kedip yang
berujung dosa. Sambil hati berkata “subahanallah,” tak lama terdengarlah suara
lembut melintasi telingaku. “Jangan menatapku seperti itu, aku risih.” Aku
hanya berpaling dengannya, menahan rasa aneh yang melintas sekejap. Aku
mengaguminya tetapi ada rasa aneh yang kurasakan.
Sepulang sekolah aku membuka social media ku,
dan berniat mencari akunnya. Tapi
satu kecerobohanku, siapa nama dia? Kenapa ku tak menyanyakanya di saat aku
berjumpa dengannya. Hem… karena dia satu sekolah aku mencari dia di grup
sekolahku, satu persatu ku mencari foto profil sang pelukis hati ini. Betapa
senangnya aku menemukan akun milinya, dana akhirnya kini ku mengetahui namanya
(Dina). Tapi entah kenapa disaat waktu yang bersamaan, terasa ada pedang yang
menancap di dada ini. Iya, foto profilnya bersama seorang pria yang kutelusuri
akunnya ternyata adalah pacarnya. Hem… gubrak!!!
Sejenak ku mengurungkan niatku untuk jauh
mengenalnya, tapi bayangan wajahnya memaksa hati ini untuk mengenalnya lebih
jauh. Ku beranikan untuk mengirim inbox ke akunnya, dan dia merespon dengan
kata-kata yang manis. Memang benar
dugaanku, dia sesosok bidadari yang cantik.
Satu bulan ku telah berkenalan dengan Dina,
berusaha mengenal lebih jauh, itu pasti Banyak hal yang telah kutahui
tentangnya. Dari hobi, alamat rumahnya, keseharianya, bahkan tak jarang Dina
menceritakan pacarnya, ya walupun ku menahan rasa nyeri di hati, aku tetap
berusaha menjadi pendengar yang baik buat Dina.
Momentum yang tak pernah ku lupakan adalah
ketika mengajak sebagai sahabat. Rasanya tu seperti
mimpi yang tak kusangka bisa terwujud. Karena terlalu senangnya, massage dia
aku save bahkan aku screenshot. Tak menjadi orang nomor satu
dalam hidupnya taka apa, yang penting
aku bisa dekat dan akrab dengannya.
Rasa bahagia menjadi sahabatnya itu suatu hal
yang tak pernah terencana dalam hidupku. Bahkan ku tak menyangka jika hati ini
terasa nyaman ketika ku bercanda dengannya.
Tapi sayang, kenapa di saat kita
berjumpa, Dina menjadi sesosok orang yang tak pernah mengenaliku. Inginku
menyapanya tapi wajahnya acuh, ketika ku bertanya dengannya kenapa dia begitu
acuh ketika bertemu. Dia hanya tertawa dan memberi
alasan yang tak logis. Apakah aku pantas menuntut penjelasan dari dia? kuaras
tidak! Rasa bahagia ini begitu nyata, tapi sayang ini semua hanyalah hayalan ku saja.
Penulis: Faqih Fadul
Post a Comment
Post a Comment