Terimakasih Ayah

Post a Comment


Aku melirik jam tangan pukul 11:30 WIB. “ah sebentar lagi istirahat”. Kembali aku fokus pada pelajaran yang sedang diterangkan oleh guru. Tak lama kemudian terdengar suara bel tanda istirahat, aku buru buru lari ketoilet.
”leganya, ke kantin ah udah laper perutku”. Sambil mengusap-usap perutku yang memang sudah terzolimi dari tadi. Hehe.
Tapi di tengah jalan aku melihat pemandangan yang mengejutkan bagiku. Aku melihat Ronal bersama wanita lain, dan mereka kelihatan mesra. Ronal adalah pacarku, kami pacaran kurang lebih baru 3 bulan tapi aku sudah sangat mempercayainya. Kenapa ? karna selama ini aku memang gak pernah liat dia aneh-aneh, semua terlihat baik-baik saja bagiku. Ronal adalah cowok yang banyak dikagumi cewek-cewek disekolah, betapa tidak ? wajahnya yang ganteng dan postur tubuhnya yang proposional memungkinkan semua itu. Jadi menurutku, akku sangat beruntung menjadi pacar seorang idola, seperti berada diatas angin. Hehe
Tapi alangkah terkejutnya aku saat melihat pemandangan luar biasa didepan mata ku ini. Pacarku bermesraan dengan wanita lain, sungguh aku masih belum percaya. Jaraku berdiri dengan mereka tidak cukup jauh jadi aku bisa bersembungi dibalik tembok agar tak terlihat oleh mereka. Aku berharap bisa mendengar berbincangan dua orang itu pikirku. Benar saja walaupun pelan tapi aku masih bisa mendengar perbincangan mereka.
“sayang, nanti pulang sekolah maukan jalan sama aku?”. Kulihat ronal menggandeng tangan cewek yang dia ajak bicara itu.
“boleh, kita mau kemana?”. Tanya cewek itu dan membiarkan saja ronal memegang tanganya.
“nanti deh aku sms-in kita mau jalan kemana”. Kata ronal sembari merangkulkan tanganya kepudak sicewek dan mereka pun berlalu pergi ntah kemana.
Sontak aku seperti tersambar oleh petir ketika mendengar semua itu. “apa? Sayang dia bilang?. Gumamku pelan. Perlahan tanpa aku sadari air mataku pun berlinang, aku merasakan nyeri diulu hatiku. Semuanya benar-benar menyakitkan. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat dan aku dengar barusan. Aku berharap semua ini hanyalah mimpi, tapi sepertinya mustahil, aku telah melihatnya sendiri, aku telah mendengarnya sendiri. “Tuhan, aku harus bagaimana sekarang?”. Aku terkulai lemah tidak berdaya sedikitpun. Semuanya terasa seperti mipi buruk.
Aku berlari menuju kelas dengan berlinangan air mata, tujuanku adalah mengambil tas dan langsung pulang, sesampainya dikelas aku langsung saja mengambil tas, aku tidak menghiraukan panggilan teman-temanku dan langsung saja pergi. Yang ku tau saat ini adalah aku ingin segera sampai dirumah secepat mungkin. Aku sudah tak tahan menahan ini semua, sebuah penghianatan terjadi di depan mata kepalaku sendiri. Kenapa harus dia, kenapa harus dia yang aku cintai.
Diperjalanan pulang aku masih saja terus menangis membayangkan peristiwa yang terjadi tadi. Selama ini aku merasa semuanya baik-baik saja. Aku selalu percaya padanya, setiap kata yang keluar dari mulutnya itu aku selalu mempercayainya. Tapi kenapa? Kenapa yang ku lihat tadi berlawanan dengan apa yang dia lakukan. “Tuhan, sesakit ini kah? Sejahat inikah orang yang aku cintai selama ini?.
Sesampainya didepan rumah aku menyeka air mataku, karna kulihat mobil ayah ada dirumah dan aku gak pingin ayah tau bahwa aku menangis.
“ayah, dinda pulang!”
“iya, jam segini kk sudah pulang nak?” kulihat ayah sedang menyiapkan makan siang.
“ada rapat guru yah, jadi dipulangin cepet.”. maafin dinda yah, dinda bohong sama ayah. Gumamku dalam hati.
“ayah, dinda capek, dinda istirahat dulu ya?”.
Ayah menghampiriku lalu dengan lembut kecupanya mendarat dikeningku. “iya sayang, kamu kelihatanya capek banget, istirahatlah. Nanti ayah panggil kalau makanannya sudah siap”. Ujarnya lembut. Aku Cuma membalasnya dengan senyuman sebagai jawaban. Ayahku memang jago masak, beliau adalah ayah sekaligus ibu terbaik diduni bagiku. Ibuku meninggal 1 tahun yang lalu, sejak saat itulah ayah membesarkanku seorang diri, dia berusaha menjadi sosok ayah dan ibu terbaik disaat yang bersamaan. Setelah berada didalam kamar aku merebahkan tubuhku diatas tempat tidur. Ya, ini adalah tempat paling nyaman untuk berkeluh kesah. Saksi bisu saat aku emosi, menangis, tertawa bahkan sedih. Aku terkulai lemah, lesu, sakit hati, kesal, emosi, menyesal, semuanya tercampur aduk menjadi satu. Aku duduk menangis tersedu-sedu bingung harus berbuat apa. Di saru sisi aku sangat menyayanginya tapi disisi lain aku terlalu sakit, terlalu sesak yang aku rasakan didalam hati ini. “aku harus menyalahkan siapa? Aku harus berbuat apa Tuhan?”. Air mataku semakin bercucuran jatuh meninggalkan kelopak mataku, dan aku semakin tersedu-sedu.
Sampai malam datang aku belum juga keluar dari kamar. Dan mungkin aku sudah membuat ayah khawatir, setiap satu jam sekali dia memanggil namaku, memastikan apakah aku baik-baik saja atau tidak, memintaku keluar untuk memakan sesuatu karna aku memang belum makan apapun sejak siang tadi. “maaf ayah”. Gumamku pelan sambil menangis.
Saat aku membuka mataku, perlahan terlihat sayup-sayup pancaran sinar senja dari jendela kamarku. “ternyata sudah pagi”. Kuraih hp ku untuk memastikan jam, kulihat ada notif SMS yang belum aku baca, saat ku buka ternyata dari ayah.
“good morning nak :* kalau kamu baca ini pasti ayah sudah berangkat kerja. Tadi ayah mau bangunkan kamu tapi ayah lihat kamu tidur nyanyak sekali. Nak ayah tau apa yang terjadi sama kamu, ayah tau kamu menangis kan semalam? Seperti lahu ya hehe, sedih sekali ayah denger kamu menangis, ayah mendengar kamu menangis tersedu-sedu. Ayah mendengar kamu mencaci seoarng laki-laki bernama ronal. Ayah tau yang kamu rasakan. Saat itu ayah ingin sekali masuk dan memeluk kamu, tapi ayah tidak kuat melihat kamu menangisi laki-laki yang mungkin tidak pernah menangisi kamu. Nak, masih banyak laki-laki diluar sana yang masih dan maumenghargai kesabaran dan kasih sayang kamu, ayah saja berusaha untuk tidak ernah membuat kamu menangis, tapi dia gampang sekali membuat anak kesayangan ayah menangis. Tapi ayah tidak bisa berbuat apa-apa karena ayah tau kamu sangat menyayanginya, ayah Cuma bisa bilang sabar ya nak, ini pilihan kamu. Hanya satu yang perlu kamu inget dari pesan ayah diatas tadi, masih banyak lelaki yang akan menghargai dan menyayangimu sebagaimana mestinya. Semangat sayang, putri kecil ayah yang cantik, jaga kesehatan ya nak, ayah mencintaimu”.
Betapa terharunya aku membaca SMS panjang dari ayah. Dia laki-laki terhebat bukan? Ya, aku selalu merasa begitu. “putri kecil ayah” aku tersenyum saat mengulang kata itu. Ayah memang begitu, masih saja menganggapku seperti aak-anak, putri kesayangannya yang masih kecil, padahal aku sudah sedewasa ini. Ayah pernah bilang ketika dia menganggapku dewasa  dia selalu taku, karna dia akan semakin cepat kehilanganku, posisinya sebagai satu-satunya lelaki dihidupku tak akan ada lagi, pasti akan ada laki-laki lain yang hadir.
“terimakasih ayah, aku juga mencintai ayah”. Balasku singkat agar ayah tidak terlalu khawatir lagi.
Setelah membalas sms ayah tiba-tiba ringtone hpku berbunyi, tertera nama ronal dilayar, rasanya benci sekali membaca nama itu “kalau tidak diangkat aku gak akan bisa mutusin dia”.pikirku. akhirnya kuputuskan untuk mengangkatnya.
“hallo”.
“selamat pagi sayang, kamu pasti baru bangun ya? Kamu kenapa gak sekolah, tadi aku nyariin kamu dikelas tapi kata temenmu kamu gak masuk, kamu sakit?” cerocosnya tanpa henti.
“aku gak mau basa-basi ya, aku mau kita putus”. Kataku penuh emosi dan tanpa basa basi.
“kenapa tiba-tiba kamu ngomong kaya gitu? Din, aku salah apa sampek kamu mau kita putus?”
“menurutmu kenapa?”
“sayang kok malah kamu balik nanya sama aku, aku gak ngerti sama keputusan kamu, kita baik-baik aja kan selama ini, kenapa malah tiba-tiba kamu mau kita putus? Din, aku tuh sayang sama kamu, aku cinta”.
“udahlah kamu gak usah ngomong-ngomong sayang, ngomong cinta, bulshit tau gak, aku gak percaya, kamu tuh brengsek. Dengerin ya, kemaren aku liat kamu sama cewek bermesraan, manggilnya sayang sayang, kaya gitu kamu bilang cinta? Oh aku tau, kamu memang cinta, tapi kesemua cewek? Gitu kan maksud kamu”.
“din, aku bisa jelasin, please kamu jangan kaya gini”.
“alah udahlah, aku muak sama kamu, gak ada yang perlu dijelasin lagi, kita udahan aja”.
TUT TUT TUT!!! Teleponya langsung saja aku matikan. Kembali aku merasakan sesak didadaku, rasanya ingin sekali aku menampar wajahnya itu, ingin sekali aku mencacinya dengan luapan emosiku. Kenapa dia tega sekali seperti itu, kenapa kebaikanku selama ini dibalas seperti ini. Kenapa dia dengan gampangnyamempermainkan ku, mempermainkan hubungan kami selama ini. Kembali air mataku berlinang, aku menangis lagi, tersedu-sedu.
Hari demi hari aku lewati meskipun berat tapi aku bersyukur karna ayah selalu menghiburku. Sesekali ayah mengajaku berlibur agar aku melupakan kesedihanku. Tapi bagaimanapun juga aku tak pernah bisa lupa dengan rasa sakit ini. Seakan keceriaanku selama ini pergi menjauh meninggalkan ku juga. Semakin aku memikirkanya semuanya semakin gelap, semakin menyakitkan, semakin sesak bahkan untuk bernapaspun seakan tak sanggup lagi.
Aku teringat lagi akan kenangan kenangan indah bersamanya, aku teringat kata-kata indah yang pernah dia katakan, tapi apalah dayaku sekarang semuanya tinggal kenangan, bahkan dengan mudahnya dia bermain gila dibekangku.
Perlahan air mataku berlinang, kembali jatuh membasahi pipi ini. Tiba tiba tangan hangat seseorang menyeka air mata ini dan memeluku erat penuh kasih sayang, ia mengusap rambutku degan lembut. Seakan dia tau apa yang aku rasakan dia terus mendekapku penuh cinta. Pelukan yang benar-benar membuatku merasa nyaman. Aku tak bisa berkata-kata hanya suara tangis yang terdengar dariku.
“ayah, mampukah aku melewati kesakitan ini?”
Dia tersenyum “pasti bisa sayang, ayah ada disini untukmu, ayah siap mendengar semua keluhmu, kalau menangis bisa membuatmu merasa lebih baik maka menangislah dipelukan ayah.”
“terimakasih ayah”. Semakin erat aku memeluknya.
“ingatlah nak. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya, begitu pula dibalik sebuah msalah akan ada satu nilai positif yang bisa kita ambil. Ayah selalu percaya itu. Lihatlah sekarang, bahkan kita semakin dekat. Jadi jangan pernah menyerah, anak ayah pasti bahagia suatu hari nanti, ayah janji. Kalau tidak ada laki laki yang mampu membahagiakan putri ayah, maka ayah sendirilah yang akan membahagiakanmu nak”.
“ayah, dinda minta maaf ya. Selama ini ayah selalu peduli sama dinda, ayah selalu memikirkan masa depan dinda, ayah selalu ada setiap kali dinda butuh ayah, ayah selalu menjaga perasaan dinda, tapi malah dinda peduli sama pria lain, dinda malah menangisi pria yang menyakiti dinda. Maaf dinda selalu bikin ayah khawatir”.
“ayah Cuma pingin kamu bahagia nak, ayah tidak perduli dengan yang lain-lain, karna tugas ayah adalah memberikan yang terbaik untuk putri ayah”.
“i love you ayah, dinda sayang ayah”.
“taukah kamu nak, ada pepatah mengatakan bahwa seorang putri adalah kekasih sang ayah dimasa lalu”. Kalimat terakhir yang kudengar dari ayah, karna ternyata aku lalu terlelap dalam pelukan ayah.
Ayah, terimakasih untuk cinta dan kasih sayangmu, terimakasih untuk segalanya.



Penulis: Feri Yanti
(kenali aku lewat tulisan tullisanku, dan bukan penampilan fisiku J)

Related Posts

Post a Comment