Dharma Setyawan The spirit booster

Post a Comment







Tidak semua dosen memiliki jiwa sosial yang tinggi, mahasiswa memang tidak bisa memaksakan untuk memasuki ranah kehidupan pribadi dosen dan mengkritisi apakah tindakan-tindakan dosen tersebut memiliki nilai sosial atau hanya semata-mata mengikuti alur dan ritme yang ada tanpa memperdulikan ketimpangan-ketimpangan sosial yang sedang terjadi.

Meskipun demikan kata “tidak semua” mengindikasikan bahwa masih ada dosen yang memiliki jiwa sosial tinggi. Dosen dalam prespektif penulis bukan semata orang yang berpendidikan tinggi, cerdas, mengajar dengan disiplin, dan mampu mengarang buku, akan tetapi juga harus bisa memupuk ataupun membangkitkan nilai-nilai sosial kepada mahasiswa.

Dharma Setyawan salah satu dosen muda STAIN Metro yang terbukti benar-benar mampu membangkitkan jiwa sosial, kepekaan terhadap segala sesuatu yang terjadi disekitar, kepedulian lingkungan, dan membangunkan rasa sensitivitas terhadap fenomena-fenomena yang terjadi, kepada mahasiswa yang ia ajar. Dosen kelahiran 29 Mei 1988 itu adalah salah satu produk asli STAIN Metro.
Lulus pada tahun 2010 dengan Gelar SEI (sekarang SE.Sy) dari STAIN Metro, Dharma melanjutkan pendidikanya di Universitas Gadjah Mada mengambil Fakultas Agama dan Lintas Budaya Konsentrasi Studi Ekonomi Islam di tahun 2011 dan lulus pada tahun 2013 dengan Gelar MA 
(Master Of Art).

Mulai aktif mengajar di STAIN Metro pada tahun 2014, Dharma memiliki perbedaan dalam metode pembelajaranya dibandingkan dengan dosen-dosen lain. Yaitu terus membangun dan menumbuhkan jiwa sosialis mahasiswa yang saat ini cenderung bersifat dan berperilaku kekinian akan tetapi zonk dalam sikap dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Dharma kerap menayangkan film-film dokumenter yang menunjukan betapa karut marutnya negeri ini. Film seperti Kala Benoa, The Mahuze’s, Samin vs Semen, Di Belakang Hotel dan masih banyak lagi yang mayoritas adalah film produksi Watchdoc. Bukan tanpa tujuan atau enggan mengajar secara full time Dharma menayangkanya dengan tujuan bahwasanya mahasiswa juga harus tahu dan paham akan ketimpangan yang terjadi di Indonesia.

Seusai menonton film biasanya Dharma mengajak mahasiswanya berdiskusi ataupun menanggapi pesan moral apa yang terdapat dalam film tersebut. Menurut penulis yang juga pernah diajar oleh Dharma, metode tersebut merupakan hal yang baru yang imbasnya sangat luar biasa. Bagaimana tidak selama satu semester bersama Dharma penulis merasakan suasana kelas yang tidak biasa.

Penulis setuju bahwa cara tersebut terbukti mampu menambah wawasan selain dari pembelajaran mata kuliah. Dharma juga pernah berucap mengutip kata dari Pramoedya Ananta Toer, “orang boleh pandai setinggi langit, akan tetapi selama ia tidak menulis maka ia akan hilang dalam pusaran sejarah dan masyarakat” menyadarkan penulis bahwa pandai dan mahir berbicara saja tidak cukup.
Akan tetapi harus mampu menulis. Mengkritisi segala sesuatu yang dianggap menyimpang dari norma dan kaidah kewajaran kemudian memberikan solusi-solusi yang konkrit terhadap suatu masalah dan dituangkan kedalam tiap paragraf tulisan yang dibuat. Dharma juga menjelaskan kepada mahasiswa bahwa berdialektika sangatlah penting untuk menambah wawaasan dan kemampuan berbahasa.

Saking menggebunya Dharma mengajak mahasiswanya untuk keluar dari belenggu tiga dosa intelekual seperti tidak membaca, tidak menulis, dan tidak berdiskusi sering kali ia mengajak mahasiswa ikut berdiskusi. Jurai Siwo Corner misalnya, kelompok diskusi yang mayoritas pegiatnya adalah mahasiswa Dharma.

Dharmaisme. Penulis kerap menyebut diri penulis dan beberapa kawan mahasiswa yang tercerahkan oleh Dharma. Meskipun seorang dosen menurut penulis Dharma lebih menganggap mahasiswanya sebagai sahabat ataupun adiknya yang harus bisa diajak berbagi satu sama lain, sebagai dosen muda tindakan itulah yang membuatnya lebih disegani oleh mahasiswa.
Bukan tidak mungkin seiring berjalanya waktu dan masa kerja Dharma yang masih panjang, akan banyak merubah mahasiswa menjadi orang yang memiliki tujuan untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik, karena dibandingkan dengan banyak dosen lain (termasuk dosen senior) metode Dharma lebih bisa meresap ke diri para mahasiswa.

Penulis menganggap bahwa dosen seperti Dharma-lah yang sebenarnya banyak merubah karakteristik ataupun tabiat mahasiswa yang sak penake dewe. Sebagai produk asli STAIN Metro Dharma Setyawan bisa disebut dosen yang JOS GANDOS





Penulis : Julianto Nugroho

Related Posts

Post a Comment