Bunda..
Bukankah aku, seharusnya:
Baru akan mulai belajar duduk dan merangkak; kemudian berjalan, dan berlari-lari kecil-yang terkadang sembari terisak?
Juga, baru akan mulai belajar:
Menghitung jumlah jemariku; juga jemari Bunda.
Menyusun barisan huruf menjadi kata; menyusun barisan kata menjadi sesuatu yang bermakna.
Iya kan bunda?
Tapi, saat fajar bahkan belum sempat bersinar penuh
Kurasakan jasadku tak lagi utuh
Ku lihat darahku sendiri di sekujur tubuh-aduh!
Tubuhku mereka adili
Bajuku terkoyak sana-sini
Bunda ..
Ada yang dirampas dariku, juga nuraniku.
Siapa Mereka, Bunda?
Bahkan aku belum bisa menghardik
Aku memekik hingga dicekik
Belum sempat aku mengadu, namun bibirku terlanjur biru; kelu
Sampai rasa sakit sudah tak kurasa lagi
Saat-saat, di mana aku merasa tak lagi ada
Detik-detik, saat tubuh ini mulai mengudara
Malaikat di sini membisikkan kata,
“Takkan lagi ada kesempatan untukmu melihat senja; bahkan untuk sekedar menatap Bunda.”
Tak akan lagi ada.
Penulis : Nyai Ayu
Post a Comment
Post a Comment