Angin semilir siang hari turut menghiasi suasana kampus IAIN
Metro di hari Sabtu 19 Zulhijah 1438. Di hari weekend seperti ini biasanya kebanyakan mahasiswa tidak ada jam
kuliah. Wajar saja jika kampus yang biasanya padat kendaraan hingga di halaman
kampus, terasa lengang dengan udara lebih lega bergerak. Tapi di sudut bangunan
kampus sebelah kiri terlihat seonggok kendaraan terparkir rapi. Bagaikan
mercusuar di tengah kegelapan.
Hari ini Jurai Siwo Corner mengajak mahasiswa menyelami
lebih dalam dunia intelektualitas. Di tengah-tengah kesibukan memilih destinasi
wisata hari weekend, masih ada
sebagaian mahasiswa yang memilih untuk meneguk ilmu melalui pelatihan menulis.
Ditemani matahari yang cerah dan kicauan burung gereja menambah suasana makin
tenteram dan harmonis bagi 15 peserta pelatihan.
Memasuki ruangan persegi berukuran 5 x 5 meter dan cahaya 6
lampu menambah keheningan peserta mendengarkan materi menulis feature oleh
Lukman Hakim Alumni Tempo Institut. Dengan perawakan sederhana dan bersahabat
Lukman menyampaikan materi yang santai dan berseling gurauan. Peserta makin
khusyuk saja mendengarkan materi sampai tersenyum penuh kekaguman akan pesona
Lukman.
Gedung-gedung bertingkat yang biasa dihiasi hiruk pikuk
aktivitas dosen dan mahasiswa kini menjadi saksi bisu terangnya mercusuar
pelatihan Jurai Siwo Corner. Pelatihan dengan melibatkan 15 orang saja memang
sedikit wagu. Dengan nada santai dan
optimis Dharma Setyawan memberi penjelasan mengapa membatasi peserta hanya 15
orang saja. “15 orang saja cukup, belajar teori kemudian praktik langsung,
nanti kalau banyak-banyak seperti aksi Rohingya hehe” kelakar Dharma.
Para pemateri mengajak peserta menyelami dunia kepenulisan
yang begitu asyik dan menggiurkan. Di usia-usia produktif mahasiswa begitu
antusias merespon ajakan pemateri. Mengingat betapa pentingnya menulis, serta
imbalan yang bisa diperoleh melalui gerakan jari yang bersingkronisasi dengan
otak. Layla Fitri terlihat sangat tertarik saat menjalani pelatihan, terlihat
dari sorot matanya yang berbinar-binar dan senyum merekah pada setiap ungkapan
kalimat pemateri. “Sejujurnya aku suka membaca, tapi belum memiliki
ketertarikan menulis, tapi begitu mengikuti pelatihan ini, rasanya batinku
tergerak untuk berkarya melalui goresan pena, aku ingin dikenang meskipun
ragaku telah pergi, mulai detik ini aku cinta menulis”, ungkap Layla Penuh
kekaguman.
Penulis: Ririn Erviana
Post a Comment
Post a Comment